Powered By Blogger

Jumat, 10 April 2009

KEUTAMAAN HARTA (QUWWATU MAAL)
Dari Abi Abdillah Tsaubah Bin Mujdad bahwa Rasulullah Bersabda “ Dinar yang paling utama yang dibelanjakan seseorang adalah dinar yang ia belanjakan untuk kelurganya, dinar yang ia belnjakan untuk kendaraan untuk keluarganya dijalan allah, dan dinar yang ia infakkan untuk rekan rekannya yang berjuang dijalan allah”(muslim). Dalam kitab Nuzhatul muttaqin(syarah riyadush shalihin karya imam Nawawi) dijelaskan bahwa hadist itu menjelaskan peringkat keutamaan pengeluaran harta . Al qur’an yang memerintahkan jihad selalu disandingkan antara kewajiban berjihad dengan jiwa dan kewajiban berjihad dengan harta sesuai dengan firman allah swt dalam surat (at taubah:111). Sesungguhnya allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari allah di dalam taurat, injil dan al quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui(ass shaf : 10-11). Ayat diatas memerintahkan kepada kita untuk mengeluarkan zakat atas harta yang kita miliki, tetapi terkadang terjadi kesalahan persepsi dengan ayat tersebut kewajiban zakat sering dimaknai hanya untuk orang yang memiliki harta sehingga sebagain yang lain tidak merasa penting untuk melakukan zakat. Hal ini memang benar secara fiqih tetapi semangat bukanlah semangat kepasrahan pada keadaan, semangat perintah zakat seharusnya dipahami carilah uang, kumpulkan harta agar dapat melaksanakan perintah Allah Swt. Seharusnya kita membawa perintah shalat untuk diterapkan dalam zakat. Selama ini kita berfikir untuk melakukan shalat dengan segala perjuangan dan konsequensinya dari mulai mencari tempat shalat, menentukan arah kiblat, mensucikan diri dan seterunya. Itu semua mematahkan semangat yang masih dianut sebagiam orang bahwa kesalihan dan ketakwaan identik dengan kemelaratan, kesengsaraan dan ketertindasan. Seolah-olah hanya orang miskin , jelata dan tertindaslah yang layak menghuni surga, sebaliknya orang kaya dan orang yang punya jabatan tidak punya tempat disurga. ini diperparah dengan hadirnya hadist daif(lemah) atau bahkan maudhu(palsu).yang memberikan pesan untuk menjauhi dunia demi mencapai ketakwaan dan kesucian jiwa atau mungkin hadist shahih tentang suhud. Dengan pemahaman yang salah. Suhud tidaklah identik dengan melarat. suhud adalah kepuasan hati dengan apa yang diberika oleh allah SWT. Suhud adalah ketiadaan ikatan hati kepada kekayaan bahwa sambil merasa bersyukur dengan apa yang Allah berikan dan sambil meniaadakan ikatan hati dengan harta. Seseorang yang memiliki harta dan jabatan tidaklah menafikan sifat suhud.
Usman bin affan adalah konglomerat dan kaya raya, beliau adalah sahabat rasul yang dijamin masuk surga. Demikian pula dengan Abdurrahman bin auf beliau sukses dan menjadi saudagar kaya raya. Tetapi beliau tetap dijamin masuk surga. Umar bin abdul aziz juga khalifah yang kaya raya tetapi jusru dia termasuk orang yang suhud.
Posisi harta dalam islam sama dengan posisi kemiskinan yaitu sebagai ujian bagi manusia. Dengan kekayaan orang bisa masuk kedalam surga tetapi bisa juga masuk kedalam neraka. Seperti juga dengan kemiskinan. Hal tersebut semuanya adalah ujian. Sebagaimana firman allah dalam surat (al anbiya :35.) Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.
Rasulullah saw bersabda ”sesungguhnya dunia itu manis dan menghijau dan sesungguhnya allah mengangkat kalian sebagai khalifah didalamnya untuk menguji bagaimana kalian bekerja”.maka berhati hatilah dengan dunia dan berhati hatilah dengan wanita karena sesungguhnya fitnah bani israil adalah wanita(riwayat muslim). Jadi orang yang saleh bukanlah orang yang meninggalkan harta melainkan orang yang lulus dalam ujian untuk mengelola harta, seseorang diaggap lulus dalam mengelola harta apabila hanya memperoleh cara yang halal dalam menempuh harta dan menggunakannya dengan cara yang benar (dijalan allah SWT).
Pada hari kiamat setiap orang akan diminta pertanggung jawabannya terkait dengan hartanya dari mana ia peroleh dan bagiamana cara mebelanjakannya ini batu ujian pertama. Rasulullah saw bersabda dan sesungguhnya allah memerintahkan orang-orang beriman seperti yang diperintahkan kepada para rasul. Dia berfirman ” wahai para rasul makanlah dari apa yang baik dan beramal salehlah karena sesungguhnya aku mengetahui apa yang kalian kerjakan dia juga berfirman ’wahai orang-orag beriman makanlah yang baik yang kami reskikan kepada kalian’” lalu rasulullah saw menerangkan tentang orang yang melakukan perjalanan panjang kusut masai dan berdebu. Ia menengadahkan kedua tangannya (berdoa) kelangit sambil mengatakan ”ya rabbi,ya rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram,pakaiannya haram, diberi makan dari yang haram.bagaimana doanya akan dikabulkan”.(muslim). Orang yang sukses mengelola harta adalah orang yang dengan hartanya dia menjadi semakin rendah hati dan menyadari bahwa segala yang dimilikinya adalah titipan atau amanah dari Allah swt. Abdurrahman bin auf yang termasuk dijamin masuk surga pernah berlinang air mata saat dia bersiap menyantap hidangan lezat yang ada dihadapannya. Ketika ditanya mengapa ia menangis, ia menjawab ” aku takut hanya yang kunikmati didunia inilah yang menjadi ganjaranku dari Allah.”
Rasulullah bersabda” sebaik-baik harta adalah harta yang ada pada orang shaleh. Belaiau juga memerintahkan kepada kita ”jauhkanlah dirimu dari neraka walaupun hanya sebelah kurma.”.
Imam ghazalimmengakui keutamaan harta dikatakan bahwa orang yang mencari kebaikan tanpa harta ibarat orang pergi kehutan tanpa membawa senjata atau ibarat burung elang tanpa sayap.
Perjuangan islam jelas tidak mungkin tanpa dukungan finansial. Kekuatan orang kafir harus dihadapi dengan kekuatan optimalkaum muslimin.dan ini tentu saja kekauatn maliyah(finansial). Itulah sebagian ajaran islam yang terkait dengan kekayaan. So menjadi arang kaya bukanlah sesuatu yang dilarang dalam sila, melainkan sangat dianjurkan.
Kemiskinan lebih dekat dari kekufuran.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadam, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. 2:155)
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. 2:195)

Rezki allah limpahkan kepada siapa saja yang dikehendakinya, manusia hanya membuka peluang selebar-lebarnya untuk memperoleh rezki tersebut. ”Berusahalah allah dan rasul seta orang mukmin melihat usahamu” (at-taubah:105).

7 komentar:

Anonim mengatakan...

seorang ulama terdahulu pernah berujar:
meninggalkan 1000 dinar untuk ahli warisku dan dihisab Allah lebih aku sukai dibanding meninggalkan mereka menjadi beban orang lain

yordaniac mengatakan...

assalamu'alaykum

salam kenal

nadiyah hansur mengatakan...

mas donn

nadiyah hansur mengatakan...

SALAM KENAL JUGA, MAS DONNY

HAZMI mengatakan...

salam kenal

HAZMI mengatakan...

salam kenal

HAZMI mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.