Powered By Blogger

Minggu, 30 November 2008


PEMIMPIN SEJATI

Keberhasilan dalam suatu kerja team berhubungan sangat erat dengan individu yang berada dalam team tersebut. kepedulian dan dukungan moril sangat dibutuhkan dari sebuah motilitas yang diharapkan dapat menyukseskan program kerja ataupun program da’wah dalam suatu wajihah ataupun oranisasi. Terkadang otonomi kepemimpinan pada salah satu kordinator menjadi suatu pengalihan yang tidak bertanggung jawab. Perlu dipahami bahwa otonomi kepemipinan bukan berarti sebuah ajang untuk melepaskan diri dari tanggung jawab yang harus diemban sebagai pemimpin dalam team ataupun dalam sebuah organisasi.

Tuntutan keberhasilan yang parameternya adalah kuantitas dan kualitas menjadi landasan dalam megerjakan tugas yang telah disepakati pada program kerja. Terkadang arrogansi dari pemimpin menjadi suatu kendala yang sangat besar dalam suatu proses kepemimpinan. Fungsi pemimpin pada dasarnya seperti nucleus dalam suatu sel, yaitu mengendalikan jalannya seluruh kegiatan sel, begitupula dengan tugas pemimpin yaitu megendalikan suatu organisasi, bukan justru menjustifikasi dan menjadi pengamat dari kerja –kerja team yang lain, tetapi juga mengevaluasi dan ikut melibatkan diri dari system replikasi yang telah dijalankan oleh kepemimpinan yang menatasnamakan ketua dari sebuah tim yang bernama organisasi.

Rapat sebagai ajang membagi pengetahuan dan ide serta semangat, tetapi terkadang rapat hanya menjadi ajang untuk mendengarkan celoteh dari beberapa manusia yang mendominasi, pemimpinan yang sejati adalah pemimpin yang dapat melahirkan pemimpin baru yang lebih progresif, sehingga rapat seharunya menjadi ajang pembelajaran untuk peserta rapat yang lain untuk dapat menuangkan ide-idenya dan saling bertukar ide satu sama lain, bukan justru mendominasi dan membuat yang lain menjadi resesif dengan ide-ide yang biasa jadi indah pada waktunya. Jangan sampai kegagalan untuk menghadirkan pemimin baru adalah akibat dari kesalahan pemimpin terdahulu yang tidak mengutamakan mendidik kadernya yang lain sebagai pemegang estafet kepemimpinan selanjutnya. Sering menjadi suatu dilemma pada beberapa organisasi sangat sulit untuk menghadirkan pemimpin yang dapat menggantikan kedudukan ketua pada sebuah organisasi. Ini adalah penyakit pada beberapa organisasi di tataran kampus, mungkin berbeda dengan organisasi ditataran masyarakat, karena kepemimpinan di tataran masyarakat itu biasanya dijadikan sebagai ajang ekspresi dari kepentingan dari beberapa orang atau beberapa golongan. Sehingga berdasarkan perbedaan tersebut menjadi skandal dalam mencari sosok pengganti pemimpin baru pada suatu organisasi kampus.

Satu hal yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini adalah konsequensi moril seorang pemimpin sangat tinggi, dan ini setimpal dengan kemampuana individu yang telah Allah swt berikan segala potensi dalam diri inidvidu tersebut. Saya teringat pada suatu cerita tentang seorang ilmuwan yaitu Albert einsten. Pada suatu saat, ketika ilmuwan tersebut diminta untuk mengisi sebuah acara dan membawakan materi tentang teori relativitas yang ditemukannya, tetapi pada saat yang bersamaan ia mendapat penyakit dan otomatis tidak dapat menghadiri acara tersebut, sehingga dia berinisiatif untuk mencari pengganti, supirnya menjadi orang yang didelegasikan untuk menggantikannya, karena supirnyalah yang selama ini sering menemaninya pada saat menjelaskan materi relativitas, pada saat acara berlangsung, sang supirpun menjelaskan teori tersebut dengan gamblang dan tanpa cacat sama sekali. Cerita diatas menginspirasi kita bahwa posisi kepemimpinan dapat diduduki oleh siapa saja tetapi tentu saja melalui proses pembelajaran terlebih dahulu, dan proses pembelajaran dalam organisasi adalah melibatkan yang lain dalam proses tersebut sehingga diapun menjadi bagian dari proses . Sang ketua tidak mesti menjadi pembicara terus menerus pada suatu undangan, tetapi memilih suatu sosok yang dapat dijadikan sebagai pemimpin penerus estapet kepemimpinan itu. Inilah sejatinya kepemimpinan yang ideal.



an_nadiyahbio@yahoo.com

MAHASISWA DAN TRANSFORMASI POLITIK

Oleh : Nadiyah hansur

Sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia ada karena adanya pemuda dan hidup karena hidupnya para pemuda. Pemuda sangat berperan dalam proses transformasi dalam berbagai aspek kehidupan. Sampai hari ini kemerdekaan adalah sebuah inisiatif dari kaum muda. Pemuda adalah segolongan kaum yang tidak terpisahkan dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Mereka memiliki andil yang sangat besar dalam upaya mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan yang merupakan sebuah mimpi anak bangsa yang belum terealisasikan sepenuhnya. Mereka selalu menjadi sosok lugas, yang mampu berperan di kala ketidakadilan dan kesewenang-wenangan menghadang, walaupun kerap menjadi tumbal oleh kebrutalan suatu rezim penguasa , menjadi mutan yang siap menerkam,menjadi onkogen dalam negara ataukah menjadi evolusioner, semua pilihan ada ditangan pemuda..

Masih terekam dalam ingatan, bahwa pemuda dalam hal ini mahasiswa yang sangat berperan dalam proses penggulingan rezim soeharto (orde baru), digantikan dengan Reformasi, yang dianggap sebagai solusi dari keterpurukan Negara pada saat itu, mahasiswa menjadi man power dalam proses perubahan yang menurut mereka adalah pengejewantahan demokrasi dalam bernegara. Tahun 1998 adalah kemenangan yang diukir dengan semangat kepalan tangan yang senantiasa meneriakan kemerdekaan,. Tetapi sampai hari ini gaung kemenangan itu tak lagi menggema. Disatu sisi Reformasi dianggap solusi tetapi pada sisi lain hanya mendapat cercaan dari masyarakat yang lain. Maka pertayaan yang kemudian muncul”what going on” dan “why”. proses penggulingan tersebut diatas ternyata sampai hari ini bukanlah merupakan solusi menurut masyarakat, hal ini disebabkan hilangnya kesejahteraan yang pernah mereka rasakan pada saat soeharto masih berkuasa. Dengan turunnnya rezim soeharto berdampak pada krisisis ekonomi, yang menyebabkan harga menjadi tinggi. Masyarakat awam pada dasarnya tidak mempedulikan kediktatoran soeharto, bahkan tidak memperdulikan bahwa Negara ini digadai oleh soeharto, yang mereka pentingkan bahwa kepentingan mereka dimengerti oleh soeharto yaitu kesejahteraan, yang sampai saat ini mereka tidak rasakan setelah reformasi berkibar ditiang tertinggi.

Inilah yang menjadi dilemma gerakan mahasiswa saat ini. Beban sosial yang diemban pemuda semakin besar, Gerakan mahasiswa kini terwarnai, tidak lagi dipercaya. Demonstraasi sebagai ”keys of movement tidak lagi ”purifi”. Demonstrasi kini telah terwarnai oleh kepentingan, walaupun hanya sebagian kecil yang melakukannya tetapi hal tersebut telah tergeneralisasi. Ketika melihat demonstrasi maka masyarakat akan bertanya ” mereka ditunggangi oleh siapa”? Ataukah demonstrasi yang anarkis yang justru merugikan banyak pihak termasuk negara, hal ini telah menjadi pemandangan sehari-hari, mahasiswa yang berteriak lantang tidak lagi didorong oleh cahaya ruhaninya, akar pemikiran dan idealisme tetapi oleh kepentingan perorangan atau golongan.

Mahasiswa yang bukan hanya “director of change” tetapi menurut penulis adalah “produsen of change” telah kehilangan eksistensinya. Untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada mahasiswa maka yang harus dilakukan adalah transformasi gerakan yang dapat dibuktikan, bukan hanya sekedar hipotesis. Tetapi diharapkan menjadi gerakan yang solid yang memiliki taraf signifikansi yang dapat dipercaya (0,00000001) serta memiliki validitas dan reliabilitas ( kaya’ penelitian aja!!!). Kedepannya mahasiswa diharapkan menempati garda terdepan dalam proses transformasi tersebut, mahasiswa seharusnya tidak memikirkan kepentinga pribadi tetapi kepentingan seluruh masyarakat, hal ini hanya dimiliki oleh mahasiswa yang hati nuraninya bersih, sehingga untuk membuktikan sebuah gerakan yang solid maka dibutuhkan untuk menghadirkan model manusia yang memiliki niat yang tulus, hati yang ikhlas dan senantiasa ikhsan, manusia yang memiliki area ”god spot” serta kesucian hati, manusia model inilah yang digambarkan dengan muslim negarawan, inilah langkah awal yang harus dilakukan adalah menghadirkan muslim negarawan ditataran kampus ataupun birokrasi, Hanya dengan menghadrkan pribadi unggul (iman, taqwa serta kompetensi ) yang dapat menjawab tantangan masa untuk meraih era keemasan. .

Melalui daya analitis yang kuat maka diharapkan mahasiswa dapat melihat dan menganalisis masalah yang terjadi dan membuat sebuah transformasi gerakan yang berbeda, bukan hanya menyaksikan dan membiarkannya berlalu begitu saja, kini saatnya mahasiswa do more, talk less, termasuk transformasi gerakan dari sekedar aksi (demo) dijalan menjadi gerakan konsilidasi yang lebih intelektual.

Didunia ini tak ada yang abadi, yang abadi adalah perubahan, yakinlah perubahan itu akan ada, yang menjadi pertanyaan adalah siapakah sebagai pelaku perubahan, maka perubahan itu hanya dapat dialakukan oleh orang-orang yang mau berubah, karena perubahan itu berawal dari hal yang terkecil yaitu merubah dirimu menjadi lebih baik (be a muslim negarawan).

Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenagan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 3:126)”.

Blue palace

Tabaria

Kamis 3 juli 2008