Powered By Blogger

Selasa, 30 Desember 2008

Desa Terpencil, berubah disebabkan Sentuhan perusahan Telekomunikasi

Rimbunnya pohon dan lahan pertanian serta udara yang segar seakan menyambut kedatanganku dikampung halaman, yang merupakan tempatku menghabisakn separuh masa kecilku. Hamparan sawah dan perkebunan kakao terbentang luas. Petani berjalan dipematang dengan menggunakan senjata kesatrianya, anak sekolah berjalan melewati jalan setapak yang terentas oleh kerikil jalanan, walau terkadang ketika musim hujan tiba ,mereka harus membuka sepatu untuk menghindari jalan yang tergenang oleh air selokan, gambaran desa yang sangat tertinggal dengan segala infrastruktur dan jauh dari tekhnologi.
Keberadaan Desa Arusu terletak sekitar 30 km dari Masamba Ibu Kota Luwu Utara yang membuat keadaan telekomunikasi dan sarana transportasi tertinggal. Masyarakat sebagian besar adalah petani, aktifitas mereka kadang terhambat oleh situasi dan kondisi infrastruktur yang tidak stabil. Kekayaan alam yang didominasi oleh kakao dan jeruk tidak mampu maksimal didistribusikan keluar daerah, petani membawa hasil pertanian dengan menggunakan sepeda ataupun sepeda motor yang dapat menjangkau daerah luar. Keadaan ini selama bertahun-tahun mengekang berkembangnya pertanian di Desa ini.
Gedung Sekolah berdiri kokoh di Ibu kota kecamatan ini, siswa menjalani aktifitasnya dengan kondisi seadanya, kesulitan dalam memperoleh media pembelajaran menjadi salah satu hambatan pelajar SD dan SMP. Seperti biasanya pada malam hari pelajar tersebut hanya menghabiskan waktunya dengan tidur karena listrik yang belum menjangkau daerah ini. Warga masyarakat biasanya menghabiskan malam disalah satu rumah warga, untuk sekedar bercerita dan minum kopi, dan setelah mengantuk mereka akan menuju rumah masing-masing.
Canda tawa warga dimalam hari membuktikan rasa persaudaraan dan kekelurgaan yang tinggi. Kebiasaan ini nampak dalam keseharian dan pada saat Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Kebiasaan saling bersilaturahmi adalah kebudayaan yang turun temurun telah dijaga oleh warga, kebiasaan menyantap makanan khas yaitu kapurung menjadi perekat antar warga desa. Salah satu kebiasaan yang paling menarik adalah ketika saat mau makan, beberapa orang yang bertetangga memanggil dari jauh, biasanya berteriak, untuk mengundang.
Keadaan telah berubah seiring dengan berjalannya waktu, kehadiranku kembali setelah beberapa tahun melewatkan kehidupanku di negeri orang membuatku tercengang dengan segala perubahan Infrastrukutr. Dipinggir jalan kulihat menara telekomunikasi telah mewarnai pembangunan desa ini. Jalur informasi berkembang seiring dengan perkembangan system yang telah menjadi prioritas perusahaan telekomkunikasi yang bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat.
Kendaraan yang kutumpangipun berhenti didepan rumah, berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, jalur transportasi tidak mampu melewati jalan setapak yang mengarah kerumahku disebabkan kondisi jalan yang tidak memungkinkan,. jalan itupun telah menjadi aspal beton. Sampai dirumah, keluargaku menyambutku dengan senang dan gembira, kondisi kekeluargaan itu masih terasa walaupun infrastruktur dan tekhnologi telah berkembang. Kini kuinjakan kakiku didesa untuk menyambut hari raya Idul Adha setelah empat tahun meninggalkannya untuk menuntut ilmu. Perbedaan yang sangat besar telah terjadi dan ini dimulai setelah menara ajaib dibangun di desa ini kata seorang tetanggaku.
Perubahan ini berawal dari program pemerintah Guna mendukung program e procurement. Pemerintah daerah Luwu Utara bekerja sama dengan PT Solusindo Kreasi Pratama Indonesia Tower menyiapkan infrastruktur jaringan telekomunikasi seluler yang juga digunakan untuk media internet. Menara telekomunikasi bersama dibangun yang dapat digunakan oleh semua operator. Menara ini dibangun oleh perusahaan independent yang tidak memiliki afiliasi dengan operator, pembangunan disesuaikan dengan master plan dan peraturan bupati tentang pembangunnan menara bersama dapat direduksi.. di Luwu Utara akan dibangun 50 menara bersama yang akan diatur oleh pemerintah.
Menara tersebut mejadi awal dari proses masuknya operator telekomunikasi. Mayarakat dapat memilih operator yang murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat yang sebagian besar adalah seorang petani. Selain itu tarif yang murah menyebabkan masyarakat dapat bersilaturahim dengan keluarga yang berada diluar daerah. Kehadiran pemancar itu memberi nuansa yang berbada pada desa ini sela salah satu warga ditengah tawa, pembangunan infrastruktur kemudian sedikit demi sedikit mulai berubah, sehingga desa ini bukan lagi desa tertinggal namun kini dapat dikatakan desa modern yang memiliki fasilitas komunikasi.
Perubahan itu juga memberi kemudahan berkounikasi pada msayarakat, Handphonepun bukan lagi barang langka, silaturahmi tidak terbatas pada kemampuan ekonomi. Kebiasaan gotong royong dan kekeluargaan masih melekat, pada hari lebaran seperti ini, masyarakat terbiasa mengundang tetangganya untuk sekedar menyantap makanan khas palopo yaitu kapurung, beberapa tahun yang lalu kebiasan mengundang menggunakan teriakan/ panggilan atau mengunjungi langsung dari satu rumah kerumah yang lain, namun pada tahun ini berbeda. Telekomunikasi yang semakin berkembang dan tariff operator seluler yang semakin murah membuat masyarakat beralih kebiasaan, masyarakat yang dulu menggunakan teriakan, sekarang tidak canggung lagi menggunakan telepon seluler untu mengundang tetangga atau sanak saudara untuk sekedar bersilaturahmi dan menyantap makanan khas palopo tersebut.
Dengan adanya tarif murah pada layanan SMS (sort massage service) dan telepon menyebabkan jalinan sosial antara masyarakat semakin erat. Musim lebaran haji (Idul Adha) seperti ini silaturahmi dipermudah dengan adanya jaringan telekomunikasi yang terjangkau, Sehingga tanpa mengunjungi pun tetap dapat bersilaturahmi dengan keluarga yang berada di kota atau area yang berbeda.