Powered By Blogger

Selasa, 30 Desember 2008

Desa Terpencil, berubah disebabkan Sentuhan perusahan Telekomunikasi

Rimbunnya pohon dan lahan pertanian serta udara yang segar seakan menyambut kedatanganku dikampung halaman, yang merupakan tempatku menghabisakn separuh masa kecilku. Hamparan sawah dan perkebunan kakao terbentang luas. Petani berjalan dipematang dengan menggunakan senjata kesatrianya, anak sekolah berjalan melewati jalan setapak yang terentas oleh kerikil jalanan, walau terkadang ketika musim hujan tiba ,mereka harus membuka sepatu untuk menghindari jalan yang tergenang oleh air selokan, gambaran desa yang sangat tertinggal dengan segala infrastruktur dan jauh dari tekhnologi.
Keberadaan Desa Arusu terletak sekitar 30 km dari Masamba Ibu Kota Luwu Utara yang membuat keadaan telekomunikasi dan sarana transportasi tertinggal. Masyarakat sebagian besar adalah petani, aktifitas mereka kadang terhambat oleh situasi dan kondisi infrastruktur yang tidak stabil. Kekayaan alam yang didominasi oleh kakao dan jeruk tidak mampu maksimal didistribusikan keluar daerah, petani membawa hasil pertanian dengan menggunakan sepeda ataupun sepeda motor yang dapat menjangkau daerah luar. Keadaan ini selama bertahun-tahun mengekang berkembangnya pertanian di Desa ini.
Gedung Sekolah berdiri kokoh di Ibu kota kecamatan ini, siswa menjalani aktifitasnya dengan kondisi seadanya, kesulitan dalam memperoleh media pembelajaran menjadi salah satu hambatan pelajar SD dan SMP. Seperti biasanya pada malam hari pelajar tersebut hanya menghabiskan waktunya dengan tidur karena listrik yang belum menjangkau daerah ini. Warga masyarakat biasanya menghabiskan malam disalah satu rumah warga, untuk sekedar bercerita dan minum kopi, dan setelah mengantuk mereka akan menuju rumah masing-masing.
Canda tawa warga dimalam hari membuktikan rasa persaudaraan dan kekelurgaan yang tinggi. Kebiasaan ini nampak dalam keseharian dan pada saat Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Kebiasaan saling bersilaturahmi adalah kebudayaan yang turun temurun telah dijaga oleh warga, kebiasaan menyantap makanan khas yaitu kapurung menjadi perekat antar warga desa. Salah satu kebiasaan yang paling menarik adalah ketika saat mau makan, beberapa orang yang bertetangga memanggil dari jauh, biasanya berteriak, untuk mengundang.
Keadaan telah berubah seiring dengan berjalannya waktu, kehadiranku kembali setelah beberapa tahun melewatkan kehidupanku di negeri orang membuatku tercengang dengan segala perubahan Infrastrukutr. Dipinggir jalan kulihat menara telekomunikasi telah mewarnai pembangunan desa ini. Jalur informasi berkembang seiring dengan perkembangan system yang telah menjadi prioritas perusahaan telekomkunikasi yang bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat.
Kendaraan yang kutumpangipun berhenti didepan rumah, berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, jalur transportasi tidak mampu melewati jalan setapak yang mengarah kerumahku disebabkan kondisi jalan yang tidak memungkinkan,. jalan itupun telah menjadi aspal beton. Sampai dirumah, keluargaku menyambutku dengan senang dan gembira, kondisi kekeluargaan itu masih terasa walaupun infrastruktur dan tekhnologi telah berkembang. Kini kuinjakan kakiku didesa untuk menyambut hari raya Idul Adha setelah empat tahun meninggalkannya untuk menuntut ilmu. Perbedaan yang sangat besar telah terjadi dan ini dimulai setelah menara ajaib dibangun di desa ini kata seorang tetanggaku.
Perubahan ini berawal dari program pemerintah Guna mendukung program e procurement. Pemerintah daerah Luwu Utara bekerja sama dengan PT Solusindo Kreasi Pratama Indonesia Tower menyiapkan infrastruktur jaringan telekomunikasi seluler yang juga digunakan untuk media internet. Menara telekomunikasi bersama dibangun yang dapat digunakan oleh semua operator. Menara ini dibangun oleh perusahaan independent yang tidak memiliki afiliasi dengan operator, pembangunan disesuaikan dengan master plan dan peraturan bupati tentang pembangunnan menara bersama dapat direduksi.. di Luwu Utara akan dibangun 50 menara bersama yang akan diatur oleh pemerintah.
Menara tersebut mejadi awal dari proses masuknya operator telekomunikasi. Mayarakat dapat memilih operator yang murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat yang sebagian besar adalah seorang petani. Selain itu tarif yang murah menyebabkan masyarakat dapat bersilaturahim dengan keluarga yang berada diluar daerah. Kehadiran pemancar itu memberi nuansa yang berbada pada desa ini sela salah satu warga ditengah tawa, pembangunan infrastruktur kemudian sedikit demi sedikit mulai berubah, sehingga desa ini bukan lagi desa tertinggal namun kini dapat dikatakan desa modern yang memiliki fasilitas komunikasi.
Perubahan itu juga memberi kemudahan berkounikasi pada msayarakat, Handphonepun bukan lagi barang langka, silaturahmi tidak terbatas pada kemampuan ekonomi. Kebiasaan gotong royong dan kekeluargaan masih melekat, pada hari lebaran seperti ini, masyarakat terbiasa mengundang tetangganya untuk sekedar menyantap makanan khas palopo yaitu kapurung, beberapa tahun yang lalu kebiasan mengundang menggunakan teriakan/ panggilan atau mengunjungi langsung dari satu rumah kerumah yang lain, namun pada tahun ini berbeda. Telekomunikasi yang semakin berkembang dan tariff operator seluler yang semakin murah membuat masyarakat beralih kebiasaan, masyarakat yang dulu menggunakan teriakan, sekarang tidak canggung lagi menggunakan telepon seluler untu mengundang tetangga atau sanak saudara untuk sekedar bersilaturahmi dan menyantap makanan khas palopo tersebut.
Dengan adanya tarif murah pada layanan SMS (sort massage service) dan telepon menyebabkan jalinan sosial antara masyarakat semakin erat. Musim lebaran haji (Idul Adha) seperti ini silaturahmi dipermudah dengan adanya jaringan telekomunikasi yang terjangkau, Sehingga tanpa mengunjungi pun tetap dapat bersilaturahmi dengan keluarga yang berada di kota atau area yang berbeda.

Minggu, 30 November 2008


PEMIMPIN SEJATI

Keberhasilan dalam suatu kerja team berhubungan sangat erat dengan individu yang berada dalam team tersebut. kepedulian dan dukungan moril sangat dibutuhkan dari sebuah motilitas yang diharapkan dapat menyukseskan program kerja ataupun program da’wah dalam suatu wajihah ataupun oranisasi. Terkadang otonomi kepemimpinan pada salah satu kordinator menjadi suatu pengalihan yang tidak bertanggung jawab. Perlu dipahami bahwa otonomi kepemipinan bukan berarti sebuah ajang untuk melepaskan diri dari tanggung jawab yang harus diemban sebagai pemimpin dalam team ataupun dalam sebuah organisasi.

Tuntutan keberhasilan yang parameternya adalah kuantitas dan kualitas menjadi landasan dalam megerjakan tugas yang telah disepakati pada program kerja. Terkadang arrogansi dari pemimpin menjadi suatu kendala yang sangat besar dalam suatu proses kepemimpinan. Fungsi pemimpin pada dasarnya seperti nucleus dalam suatu sel, yaitu mengendalikan jalannya seluruh kegiatan sel, begitupula dengan tugas pemimpin yaitu megendalikan suatu organisasi, bukan justru menjustifikasi dan menjadi pengamat dari kerja –kerja team yang lain, tetapi juga mengevaluasi dan ikut melibatkan diri dari system replikasi yang telah dijalankan oleh kepemimpinan yang menatasnamakan ketua dari sebuah tim yang bernama organisasi.

Rapat sebagai ajang membagi pengetahuan dan ide serta semangat, tetapi terkadang rapat hanya menjadi ajang untuk mendengarkan celoteh dari beberapa manusia yang mendominasi, pemimpinan yang sejati adalah pemimpin yang dapat melahirkan pemimpin baru yang lebih progresif, sehingga rapat seharunya menjadi ajang pembelajaran untuk peserta rapat yang lain untuk dapat menuangkan ide-idenya dan saling bertukar ide satu sama lain, bukan justru mendominasi dan membuat yang lain menjadi resesif dengan ide-ide yang biasa jadi indah pada waktunya. Jangan sampai kegagalan untuk menghadirkan pemimin baru adalah akibat dari kesalahan pemimpin terdahulu yang tidak mengutamakan mendidik kadernya yang lain sebagai pemegang estafet kepemimpinan selanjutnya. Sering menjadi suatu dilemma pada beberapa organisasi sangat sulit untuk menghadirkan pemimpin yang dapat menggantikan kedudukan ketua pada sebuah organisasi. Ini adalah penyakit pada beberapa organisasi di tataran kampus, mungkin berbeda dengan organisasi ditataran masyarakat, karena kepemimpinan di tataran masyarakat itu biasanya dijadikan sebagai ajang ekspresi dari kepentingan dari beberapa orang atau beberapa golongan. Sehingga berdasarkan perbedaan tersebut menjadi skandal dalam mencari sosok pengganti pemimpin baru pada suatu organisasi kampus.

Satu hal yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini adalah konsequensi moril seorang pemimpin sangat tinggi, dan ini setimpal dengan kemampuana individu yang telah Allah swt berikan segala potensi dalam diri inidvidu tersebut. Saya teringat pada suatu cerita tentang seorang ilmuwan yaitu Albert einsten. Pada suatu saat, ketika ilmuwan tersebut diminta untuk mengisi sebuah acara dan membawakan materi tentang teori relativitas yang ditemukannya, tetapi pada saat yang bersamaan ia mendapat penyakit dan otomatis tidak dapat menghadiri acara tersebut, sehingga dia berinisiatif untuk mencari pengganti, supirnya menjadi orang yang didelegasikan untuk menggantikannya, karena supirnyalah yang selama ini sering menemaninya pada saat menjelaskan materi relativitas, pada saat acara berlangsung, sang supirpun menjelaskan teori tersebut dengan gamblang dan tanpa cacat sama sekali. Cerita diatas menginspirasi kita bahwa posisi kepemimpinan dapat diduduki oleh siapa saja tetapi tentu saja melalui proses pembelajaran terlebih dahulu, dan proses pembelajaran dalam organisasi adalah melibatkan yang lain dalam proses tersebut sehingga diapun menjadi bagian dari proses . Sang ketua tidak mesti menjadi pembicara terus menerus pada suatu undangan, tetapi memilih suatu sosok yang dapat dijadikan sebagai pemimpin penerus estapet kepemimpinan itu. Inilah sejatinya kepemimpinan yang ideal.



an_nadiyahbio@yahoo.com

MAHASISWA DAN TRANSFORMASI POLITIK

Oleh : Nadiyah hansur

Sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia ada karena adanya pemuda dan hidup karena hidupnya para pemuda. Pemuda sangat berperan dalam proses transformasi dalam berbagai aspek kehidupan. Sampai hari ini kemerdekaan adalah sebuah inisiatif dari kaum muda. Pemuda adalah segolongan kaum yang tidak terpisahkan dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Mereka memiliki andil yang sangat besar dalam upaya mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan yang merupakan sebuah mimpi anak bangsa yang belum terealisasikan sepenuhnya. Mereka selalu menjadi sosok lugas, yang mampu berperan di kala ketidakadilan dan kesewenang-wenangan menghadang, walaupun kerap menjadi tumbal oleh kebrutalan suatu rezim penguasa , menjadi mutan yang siap menerkam,menjadi onkogen dalam negara ataukah menjadi evolusioner, semua pilihan ada ditangan pemuda..

Masih terekam dalam ingatan, bahwa pemuda dalam hal ini mahasiswa yang sangat berperan dalam proses penggulingan rezim soeharto (orde baru), digantikan dengan Reformasi, yang dianggap sebagai solusi dari keterpurukan Negara pada saat itu, mahasiswa menjadi man power dalam proses perubahan yang menurut mereka adalah pengejewantahan demokrasi dalam bernegara. Tahun 1998 adalah kemenangan yang diukir dengan semangat kepalan tangan yang senantiasa meneriakan kemerdekaan,. Tetapi sampai hari ini gaung kemenangan itu tak lagi menggema. Disatu sisi Reformasi dianggap solusi tetapi pada sisi lain hanya mendapat cercaan dari masyarakat yang lain. Maka pertayaan yang kemudian muncul”what going on” dan “why”. proses penggulingan tersebut diatas ternyata sampai hari ini bukanlah merupakan solusi menurut masyarakat, hal ini disebabkan hilangnya kesejahteraan yang pernah mereka rasakan pada saat soeharto masih berkuasa. Dengan turunnnya rezim soeharto berdampak pada krisisis ekonomi, yang menyebabkan harga menjadi tinggi. Masyarakat awam pada dasarnya tidak mempedulikan kediktatoran soeharto, bahkan tidak memperdulikan bahwa Negara ini digadai oleh soeharto, yang mereka pentingkan bahwa kepentingan mereka dimengerti oleh soeharto yaitu kesejahteraan, yang sampai saat ini mereka tidak rasakan setelah reformasi berkibar ditiang tertinggi.

Inilah yang menjadi dilemma gerakan mahasiswa saat ini. Beban sosial yang diemban pemuda semakin besar, Gerakan mahasiswa kini terwarnai, tidak lagi dipercaya. Demonstraasi sebagai ”keys of movement tidak lagi ”purifi”. Demonstrasi kini telah terwarnai oleh kepentingan, walaupun hanya sebagian kecil yang melakukannya tetapi hal tersebut telah tergeneralisasi. Ketika melihat demonstrasi maka masyarakat akan bertanya ” mereka ditunggangi oleh siapa”? Ataukah demonstrasi yang anarkis yang justru merugikan banyak pihak termasuk negara, hal ini telah menjadi pemandangan sehari-hari, mahasiswa yang berteriak lantang tidak lagi didorong oleh cahaya ruhaninya, akar pemikiran dan idealisme tetapi oleh kepentingan perorangan atau golongan.

Mahasiswa yang bukan hanya “director of change” tetapi menurut penulis adalah “produsen of change” telah kehilangan eksistensinya. Untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada mahasiswa maka yang harus dilakukan adalah transformasi gerakan yang dapat dibuktikan, bukan hanya sekedar hipotesis. Tetapi diharapkan menjadi gerakan yang solid yang memiliki taraf signifikansi yang dapat dipercaya (0,00000001) serta memiliki validitas dan reliabilitas ( kaya’ penelitian aja!!!). Kedepannya mahasiswa diharapkan menempati garda terdepan dalam proses transformasi tersebut, mahasiswa seharusnya tidak memikirkan kepentinga pribadi tetapi kepentingan seluruh masyarakat, hal ini hanya dimiliki oleh mahasiswa yang hati nuraninya bersih, sehingga untuk membuktikan sebuah gerakan yang solid maka dibutuhkan untuk menghadirkan model manusia yang memiliki niat yang tulus, hati yang ikhlas dan senantiasa ikhsan, manusia yang memiliki area ”god spot” serta kesucian hati, manusia model inilah yang digambarkan dengan muslim negarawan, inilah langkah awal yang harus dilakukan adalah menghadirkan muslim negarawan ditataran kampus ataupun birokrasi, Hanya dengan menghadrkan pribadi unggul (iman, taqwa serta kompetensi ) yang dapat menjawab tantangan masa untuk meraih era keemasan. .

Melalui daya analitis yang kuat maka diharapkan mahasiswa dapat melihat dan menganalisis masalah yang terjadi dan membuat sebuah transformasi gerakan yang berbeda, bukan hanya menyaksikan dan membiarkannya berlalu begitu saja, kini saatnya mahasiswa do more, talk less, termasuk transformasi gerakan dari sekedar aksi (demo) dijalan menjadi gerakan konsilidasi yang lebih intelektual.

Didunia ini tak ada yang abadi, yang abadi adalah perubahan, yakinlah perubahan itu akan ada, yang menjadi pertanyaan adalah siapakah sebagai pelaku perubahan, maka perubahan itu hanya dapat dialakukan oleh orang-orang yang mau berubah, karena perubahan itu berawal dari hal yang terkecil yaitu merubah dirimu menjadi lebih baik (be a muslim negarawan).

Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenagan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 3:126)”.

Blue palace

Tabaria

Kamis 3 juli 2008

Minggu, 19 Oktober 2008

WATAK MANUSIA INDONESIA


Indonsia Masih Berada Pada Tingkat Kemiskinan Yang Sangat Memprihatinkan,Angka Kemiskinan Menjadi Sebuah Big Problem Bagi Negeri Ini, ditengah kekayaan alam yang melimpah, kemiskian juga menjadi hal yang bersifat degeneratif, inilah wajah bangsa indonesia yang mengalami keterpurukan multidimensi. Kemiskinan merupakan hal yang terkadang genetic sehigga setiap harinya kemiskinan semakin bertambah.

Data BPS menyebutkan kemiskinan bertambah pada tahun 2006, tetapi beberapa tahun terakhir, kemiskinan yang tercatat semakin menurun, namun gejala kemiskinan di masyarakat justru semakin bertambah. What going on, apakah angka kemiskinan yang selama ini mengalami dilemma menjadi suatu hal yang dapat direkayasa karena kepentingan politik salah satu pihak ataukah parameter kemiskinan itu sendri yang telah sulit untuk ditentukan, Bahkan telah sulit untuk mendefenisiskan, disebabkan kemiskinan yang semakin dibawah garis.

Kemiskinan mugkin akan menjadi suatu kata yang kekal in our country, mengapa demikian? Maka jawabannya adalah watak yang dimiliki bangsa Indonesia adalah watak orang yang miskin, watak miskin tersebut telah terpatri secara genetic dalam tubuh masyarakat Indonesia. Watak miskin itu adalah watak instant, yang selalu menginginkan suatu hal tanpa usaha. Menggunakan hak kemiskinannya untuk menjadikan suatu modal usaha, dengan bangga mengatakan dirinya miskin untuk memperleh sumbangan, zakat ataupun BLT( bantuan langsung tunai). Inilah watak manusia Indonesia yang telah menjadikan indonesia sulit untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Watak meminta tanpa ingin berusaha adalah kunci dari kemiskinan selama ini, disamping minat pendidikan yang kurang.

Beberapa hari yang lalau terjadi tragedy pasuruan yang menghilangkan 21 nyawa disebabkan antrian untuk memperoleh zakat dari salah satu orang kaya didaerah tersebut, sungguh miris hati ini melihat kejadian tersebut, mereka mengandalkan tampang yang lusuh, antrain sampai puluhan jam hanya untuk memperoleh uang Rp.30.000, inilah titik klimaks kemiskianan bangsa ini, watak meminta dalam diri masih tinggi, watak egois dan cenderung individual masih membelit erat, sehingga pada kejadian tersebut mereka rela mengorbankan orang lain untuk mencari suatu keuntungan, beberapa orang terinjak sampai mati, dan ada juga yang dirawat dirumah sakit karena antrian yang berdesakan.

Melihat fenomena diatas maka yang menjadi permasalahan yang pertama adalah indikasi tingginya watak pengemis dalam diri masyarakat indoensia, dan yang kedua adalah system zakat yang tidak lagi menunjang. Sehingga kepercayaan masyarakat akan amil zakat telah hilang karena budaya korupsi yang ada di Indonesia, yang ketiga adalah tingkat pendidikan yang kurang sehingga tiada inisiatif cemerlang dalam diri masyarakat Indonesia untuk melawan kemiskinan tersebut.

Mengenang tragedi pasuruan

(Nadiyah hansur)an_nadiyahbio@yahoo.com

REALITAS SEBUAH KEPEMIMPINAN

para pelaku:

  1. L (lurah)
  2. J (jagabaya)

pentas menggambarkan sebuah pendopo kelurahan. Malam hari itu lurah sedang berbincang-bincang dengan Jagabaya.

L: saya mesti tetap memikirkannya, Pak Jagabaya.esebagai seorang lurah, saya tidak akan berdiam diri menghadapi persoalan ini.

J: tapi maaf, Pak lurah, saya rasa tindakan pak lurah dalam menghadapi persoalan inikurang tegas. Maaf, Pak lurah cak-cek, kurang cepat.

L: memang, saya sadari saya kurang tegas dalam hal ini, ini saya sadari betul, pak jagabaya. Tapi tindakan saya yang kurang cepat ini sebetulnya bukan berarti apa-apa. Terus terang dalam menghadapi persoalan ini saya tidak mau grusa-grusu.

J: memang tidak perlu grusa-grusu, pak lurah.tapi tidak grusa-grusu bukan pula berarti diam saja hanya plompang-plompong menunggu berita. Pak lurah kan tinggal memberikan perintah atau izin kepada saya untuk memerintahkan pemuda desa kita untuk mengadakan ronda kampong tiap malam.

L: iya, saya tahu, dik, eh, pak jagabaya. Tapi dalam saat-saat terakhir ini pemuda desa kita sedang saya gembleng dalam mendalami kesenian. Pak jagabaya tahu dalam tempo satu bulan lagi bapak bupati akan meninjau desa kita. Saya sedang sedang mempersiapkan pemuda-pemuda desa kita untuk menyambutnya dengan acara-acara kesenian.saya mengerti benar tentang selera pak bupati. Dia adalah seorang pecinta kesenian dan ia akan bangga sekali jika tahu rombongan kesenian yang menyambutnya adalah pemuda dari desa kita. Kita akan mendapat pujian yang tinggi dan pak bupaqti akan selalu memperhatikan desa kita.

J: tapi apa artinya kita dapat pujian pak bupati jika kenyataannya desa kita sendiri malahan tidak aman? Walaupun pak bupati tidak tidak tahu, tapi yang merasakan terganggunya keamanan adalah penduduk desa kita, rakyat kita sendiri, pak lurah

L: berapa banyak penduduk yang menderita kerugian akibat gangguan maling itu? Dan bandingkan dengan pujian yang bakal kita terima. Bayangkan, pak jagabaya, seluruh penduduk desa kita akan ikut bangga dipuji oleh bapak bupati karena maju dalam dunia kesenian.

J: kalau pak lurah punya cita-cita semacam itu, ya, sudah. Akan lebih baik lagi Kalau semua rakyat di desa ini baik tua-muda, anak laki-laki dan perempuan dilatih saja karawitan, dilatih ketoprak. Semuanya dilatih kesenian!jangan cum apemuda-pemudanya tok, tapi semuanya, semuanya! Nggak usah mengurusi sawah dan lading atau ternak-ternak mereka……jadikan saja desa ini desa kesenian!

(mau pergi saking marahnya, tapi dicegah oleh pak lurah dan pak carik).

Cerita diatas menggambarkan sebuah kepemimpinan lurah yang menginginkan sebuah keuntungan untuk diri sendiri, inilah tipikal pemimpin yang banyak kita jumpai selama ini, kepemimpinan yang berasaskan kepentingan pribadi, mementingkan pujian yang dapat berdampak posistif bagi dirinya sendiri, ini dalah salah satu realitas yang ada dimasyarakat, tetapi terkadang kita sendiri kurang menyadari, bahkan terlena dengan keadaan tersebut. Tetapi dalam keterpurukan kepemimpinan tersebut ada saja jagabaya-jagabaya yang baru, yang memiliki idealisme dan prinsip dan bersedia berjuang untuk suatu yang terbaik bagi daerahnya.

Hadirnya seorang jagabaya dalam suatu realitas selalu ada tetapi kehadirannya terkadang terabaikan oleh suatu buaian keadaan, juga kehadirannya tidak langsung dirasakan oleh masyarakat. Inilah suatu perjaungan, perjuanga untuk mengangkat suatu kebenaran kepermukaan, karena sejatinya hidup adalah sebuah pengorbanan dan perjuangan. Namun terkadang idealisme tidak sejalan dengan realitas. Qulil al haq walau kana murran (katakana yang benar walaupuan pahit). ketika kebenaran itu ingin dinyatakan akan ada korban dari kenyatan tersebut, idealisme yanng dimiliki seseorang akan membawanya kepada suatu keterpurukan yang berkepanjangan, karena idialitas (baca kesemurnaan) itu sendiri tidak ada dimuka bumi ini. Yang ada hanyalah devolusi revolusi, dan evolusi . semua akan berubah berdasarkan masa namun keterpuruan itu dapat dielakkan ketika suatu sikap adaptif ada dalam diri para pejung kebenaran, sikap adapatif tersebut adalah sikap yang mampu meyesuikan diri dengan kondisi yang terjadi namun tidak kehilangan idealisme yang ia miliki, karena yang membedakan manusai dengan manusia yang lain adalah perasaan dan prinsip yang ia miliki. Janganlah pernah menjadi air yang melakoni kehidupan dengan apa adanya, dan jangan pula menjadi tanaman merambat yang melawan gravitasi, dimuka bumi ini, semua memiliki takaran tersendiri, hadapilah semua dengan apa adanya, karena kemenangan ada pada strategi bukan hanya dalam kata perlawanan.


Menikah” sebuah tantangan bagi kaum pria”
Biarkanalah pengalama yang mengajarkan
Jangan pernah melarang seseorang untuk mencari pengalaman
Tetapi berikanlah pengalaman yang kamu miliki sebagai pertimbangan kepada seseorang dalam mengambil keputusan untuk mencari pengalaman tersebut
Hal ini juga dapat diaplikasikan dalam persoalan Pacaran
Pacaran adalah sebuah hal yang fatamorgana
Para musafir mengetahui bahwa fatamorgana adalah sesuatu yang ilusi
Tetapi terkadang para musafir lain yang belum mengetahui ingin mendekati fatamorgana tersebut, dan mengiranya air yang akan menghilangkan dahaga
Tetapi ternyata justru menghadirkan sebuah penyesalan dalam kesia-siaan.
Ketika ini terjadi, maka tugas musafir untuk membagikan pengalaman tersebut sehingga musafir lain tidak lagi tertipu oleh fatamorgana tersebut dalam hal ini adalah sebuah kata
“Pacaran”
Ilmu biologi mmbenarkan bahwa menunda waktu pernikahan adalah sebuah kesia-siaan, Menurunnya fungsi metabolisme dalam tubuh ketika umur bertambah, menyebabkan stabilitas sperma juga menurun yang menyebabkan inproduktif. Hal ini juga peringatkan dalam alqur’an ”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. 24:32). Mungkin sebuah ghasawul fikr ataukah sebuah ketakutan tercokol dalam diri pria pada masa kini, yang menjadi jawaban mereka mengapa tidak menikah hanya satu yaitu ketidak mampuannya untuk menafkahi istrinya, padahal reski diatur oleh allah, bukanlah mereka yang memberi reski kepada istrinya tetapi allah lah yang memberi reski. Memang sangat menghawatirkan bahwa sikap kelaki-lakian dari sebagain pria tidak lagi nampak, mereka takut dengan realitas kehidupan yang membutuhkan biaya tinggi, tetapi mereka juga tidak menyadari segala potensi diri yang tersembunyi yang dapat menjadi acuan untuk mencapai tangga-tagga reski allah. Sehingga alasan ketidakmampuan adalah suatu kata menyerah dari lelaki yang tidak jantan. Realitas kehiduapn harus dihadapai tetapi yang menjadi permasalahan adalah bagaimana realitas itu dihadapi coy

”gitu aja kok repot”
an_nadiyahbio@yahoo.com

GAP SEBUAH IDEALISME

GAP SEBUAH IDEALISME

Menatap keadaan yang terjadi di masyarakat, sungguh ironis dengan segala ketimpangan yang terjadi, sebuah realitas yang sangat bertentangan dengan sebuah idealitas yang selama ini dibangun, dengan berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat telah memberi informasi bahwa stabilitas masyarakat sungguh memprihatinkan.
Tayangan televisi membuat hati miris melihat kondisi kemiskinan yang semakin meningkat, peristiwa demi peristiwa yang diluar rasio kita bahkan terjadi. Pemerkosaan oleh ayah sendiri, pembunuhan oleh kakak kandung sendiri, kematian disebabkan alas an kemiskinan bukanlah hal yang tabu lagi. Mungkin peristiwa tersebut beberapa hari yang lalu disaksikan hanya dilayar televise tetapi kini tayangan itu dapat disaksikan langsung di dekat kita dilokasi yang kita tempati. Hal ini mungkin sebuah implikasi kecanggihan tekhnologi yang telah mampu mempublikasikan peristiwa ataukah memang keterpurukan itu telah menjadi sebuah realitas dari sebuah keadaan yang semakin mencekik. Salah satu yang menjadi sumber masalah adalah kemiskinan dan moral masyarakat, dimasyarakatlah sebuah realitas politik yang berasaskan kepentingan. semua dapat dilakukan ketika itu dapat menguntungkan mereka, walau keuntungan itu terkadang didasari oleh simbiosis parasitisme, dan melupakan kerjasama yang berasaskan mutualisme. Inilah yang menjadikan sebuah perbedaan dengan dunia kampus yang memiliki tingkat idealitas yang tinggi.
Didunia kampus yang selama ini menjadi dunia yang memiliki signifikansi tinggi hanya menjadi sebuah bagian dunia masyarakat. Dunia mahasiswa dan dunia masyarakat memiliki perbedaan, dunia kampus dapat dengan mudah direkayasa dengan cara mencocokan lingkungan yang sesuai dengan kondisi intelektual mahasiswa, hal ini disebablan dunia mahasiswa masih bersifat homogen, sedangkan dunia masyarakat sangat heterogen, sehingga idealisme yang biasanya terbangun dalam dunia kampus luluh lantak dengan kondisi yang tidak bersahabat di masyarakat. Kesempurnaan (idealitas) memang tidak ada, yang ada hanya limit mendekati kesempunaan. Hal ini jugalah yang menyeabkan sebagaian mahasiswa memilih untuk terus berada ditataran kampus, ataukah melepuhkan idealismenya ketika berada dimasyarakat.
Dibutuhkan suatu sikap yang peka terhadap lingkungan, sehingga keadaan tersebut tidak menyebabkan hal yang negative dalam sikap kita memsayarakatkan diri. Hal ini dapat dilatih dengan membiasakan diri untuk tetap dapat berinteraksi dengan kondisi masyarakat, mau tidak mau, suka ataupun tidak suka, kita adalah bagian dari masyarakat yang integral, walaupun itu mahasiswa, wakil rakyat ataupun pegawai negeri adalah bagian dari masyarakat yang harus bisa mengambil bagian dalam proses membangun idealitas yang diharapkan. Bukan justru menjauh ataukan justru melepuh oleh keadaan yang jauh dari realitas.
20 agustus 2008
(Nadiyah hansur)an_nadiyahbio@yahoo.com

Selasa, 16 September 2008

“KEPEMIMPINAN PEREMPUAN” ANTARA EMANSIPASI DAN KEGAGALAN KEDERISASI

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN” ANTARA EMANSIPASI DAN KEGAGALAN KEDERISASI


Perempuan adalah mahluk tuhan yang diciptakan berbeda dengan mahluk uhan yang bernama laki-laki, ia memiliki kelemahan dan juga kelebihan, diantara keistimewaan wanita adalah melahirkan dan menyususi yang tidak dilakukan oleh kaum lelaki, mereka memiliki perasaan yang dalam yang berbeda dengan lelaki. Namun juga memiliki kecerdasan yang bersifat rasional meskipun terkadang rasionaliseme tersebut terkalahkan oleh perasaan yang tinggi.

Mahluk tuhan yang diciptakan dari tulang rusuk lelaki tersebut, kini telah menguasai beberapa bidang yang selama ini digeluti oleh lelaki, dari pekejaan yang berat sampai kepada pekerjaan yang ringan, entahlah, ini adalah sebuah pilihan atau keterpaksaan, misalnya pekerja keras(buruh bangunan). Inilah salah satu strong yang kini dimiliki kaum hawa tersebut. Di wajah dunia perempuan menjadi mahluk yag tidak lagi terkungkung oleh tugasnya sebagai wanita yang hanya merawat dan membesarkan anak tetapi juga telah mengantikan posisi lelaki atau bahkan mengalahkan posisi lelaki yang terkadang cengeng dengan kondisi. INI adalah sebuah realitas bahwa selain memiliki keistimewaan wanita juga memiliki kekuatan, ketegaran dll, dlam tataran sosial.

Peran Wanita dalam tataran organisasi kini bukan lagi sebuah tugas yang memiliki signifikansi yang rendah tetapi kini telah menempati pos-pos yang memiliki iindeks yang penting dalam tataran organisasi tersebut. Bukanlah sebuah hal yang tabu ketika menemukan pemimpin dalam suatu instansi juga dipimpin oleh perempuan misalnya salah satu presiden Indonesia adalah seorang perempuan kapolri salah satu daerah diindonesia adalah seorang perempuan, ketua jurusan biologi adalah seorang perempuan, ,dan beberapa jabatan stratesis yang laiin yang kini dipimpin oleh perempuan. dan kepemimpianan tersebut juga terjadi pada organisasi mahasiswa.

Perempuan kini bukan lagi mahluk tuhan yang lemah, mahluk tuhan yang selalau menempati posisi yang tidak signifikan tetapi kini perempuan adalah mahluk tuhan yang kuat yang memiliki dimensi kepakaran yang tinggi, profesionalisme yang tinggi dan karir yang multidimensi, kenapa? Alasannya bahwa perempuan saat ini adalah mereka yang pakar dalam berbagai bidang selain sebagai istri, ibu, juga memiliki kepakaran dalam bidang kepemimpinan dan jabatan yang startegis. Kini yang menjadi pertanyaan, apakah ini adalah suatu bentuk emansipasi, atau suatu kegagalan kaderisasi kepemimpiann sbegai kodrat kaum adam?. Maka mencari pembenaran dan kebenaran tidak akan pernah ditemukan, semua akan membawa pada sikap pro dan kontra tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Sehingga yag menjadi solusi adalah mengupgrade diri baik engkau seorang laki-laki ataukah seorang perempan, jika engkau seoang laki-laki maka malulah, pada keberhasilan perempuan, bagaimanapun Islam telah memberi peluang besar kepada kaum adam untuk menjadi seorang pemimpin bagi wanita, sehingga dibutuhkan kesadaran bagi kaum laki-laki untuk mengambil peran yang selama ini diambil oleh kaum perempuan. Sedangkan bagi wanita lain, ini menjadi suatu inspirator tersendiri untuk menggali semua kemapuan yang engkau miliki.



Subuh, 27 juli 2008.

Nadiyah Hansur(an_nadiyahbio@yahoo.com)

DAKWAH SEBUAH KEWAJIBAN BUKAN PROFESI

DAKWAH SEBUAH KEWAJIBAN BUKAN PROFESI

Kehidupan

Mereka berkata hidup adalah perjuangan

Tetapi bagiku hidup adalah perbuatan

Mereka berkata hidup adalah kenikmatan

Tapi menurutku hidup adalah pilihan

Mereka berkata hidup adalah seni

Tapi menurutku hidup adalah sebuah scenario

Menurut mereka hidup adalah kesenangan

Tetapi bagiku hidup adalah sebuah pengorbanan

Menurut mereka hidup adalah hura-hura

Tetapi bagiku hidup adalah usaha

Bagi mereka hidup adalah birahi

Tetapi bagiku hidup adalah cinta

Hidup memilliki banyak makna, dan hidup adalah sebuah konsequensi

Hidup adalah sebuah rekayasa

Rekayasa sang pencipta.

Yang telah mengamibil janji dari manusia dalam proses kehidupan.

Makassar 20 juni 2008

(Nadiyah Hansur, nadiyah_hansur@yahoo.com)


Kehidupan adalah sebuah pilihan dan sebuah konsequensi, tetapi allah telah memberi dua jalan yaitu jalan yang baik dan buruk, telah terpapar dalam alQuran bahwa allah akan memberi sebuah jalan yang terbaik yaitu jalan yang senantiasa mengarahkan manusia kearah yang benar, yaitu kejalan allah.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104)”. Sangat jelas berdasarkan ayat tersebut bahwa orang yang beruntung adalah mereka yang melakukan aktifitas da’wah dimuka bumi ini. Namun kembali kepada manusia apakah memilih jalan yang lain yang konsequensinya adalah sebuah kerugian, maka semua kembali kepada personnya, choice akan selalu dihadapkan kepada dua hal tersebut.

Insan/manusia dalam memilih cenderung kepada sesuatu yang baik tetapi yang menjadi permasalahan adalah apakah mereka mengetahui sebuah konsequensi dari perbuatannya tersebut, agama ini masih menjadi sebuah symbol, kebaikan dan ibadah selalu dianggap sebagai suatu ritual agama yang separated dengan kehidupan sehari-hari, disinilah suatu significansi dari da’wah. Merubah persepsi menjadi sebuah pengejewantahan dalam kehidupan.

Dalam melakoni kehidupan da’wah tersebut kita selalu diperhadapkan kepada suatu hal yang bersifat dilematis, ketika posisi sebagai mahasiswa maka da’wah akan berbenturan dengan jadwal kuliah ataukah terkadang dihadapkan kepada dilemma memilih organisasi antar organisasi da’wah kampus ataukah organisasi internal kampus ataukah organisasi minat dan bakat. Kembali bahwa semua pilihan ada pada person masing-masing, namun sebuah advice tentu saja perlu menjadi sebuah pertimbangan. Kedatangan kita di sebuah kampus dan menjadi mahasiswa yang kita lakoni saat ini adalah sebuah dukungan dan harapan dari orang tua, bukan hanya itu tetapi sebuah amanah yang diberi orang tua kepada kita, tanpa rezeki yang diberi Allah melalui orang tua, maka tak akan ada kita dikampus ini, hingga selayaknyalah kita tidak menyianyiakan amanah orang tua kita, ingatlah bahwa ridho allah akan ada pada ridho orang tua kita, hanya sekedar renungan. Realize bahwa selayaknyalah kita menomor satukan amanah yang diberikan orang tua tanpa meninggalkan status mahasiswa organisatoris. Jangan sampai alasan organisasi dan da’wah membuat kita menanggalkan status mahasiswa(DO).

Mahasiswa seharunya mengikuti organisasi lain sebagai tambahan pengetahuan yang dapat menambah kompetensi pribadi, sehingga diri yang ter upgrade dapat digunakan untuk kepentingan da’wah, karena da’wah bukan hanya membutuhkan manusia yang ikhlas dalam mengemban amanah yang diberikan tetapi juga dibutuhkan kompetensi untuk menambah izzah jemaah.. Terkadang ada ikhwah (sebutan bagi mereka yang tergabung dalam oganisasi da’wah), yang mengorbankan organisasi yang lain dengan alasan kepentingan da’wah lebih diutamakannya, tanpa mereka sadari bahwa kecakapan dalam organisasi lain dapat digunakan untuk mengelola ladang da’wah yang mereka geluti. Misalnya organisasi intra kampus dan organisasi pengembagan minat dan bakat, kudu menjadi organisasi sampingan yang dapat menambah kepakaran dalam bidang organisasi, dan juga kepakaran dalam bidang bakat, ingat ikhwa jangan berharap sesuatu dari jemaah ini atau dari organisasi da’wah, ingatlah eksistensi cinta yaitu memberi tak harap kembali karena ketika semua diberikan secara tulus maka akan dibalas oleh yang maha pencinta. Begitupula dengan organisasi da’wah yang kalian geluti saat ini, berikanlah yang terbaik dan janganlah mengharap imbalan dari apa yang akan kau berikan karena eksistensi ketulusan ada pada sikap tersebut. Jangan heran ketika melihat seorang ikhwa yang memilih hengkang dari da’wah karena menempati nomor urut caleg yang terendah walaupun banyak faktor yang mempengaruhi tetapi faktor ini adalah salah satunya, menjalani da’wah karena ingin mengembangkan profesi disana(naudzubillah. Semoga kita bukanlah bagian dari ini, semoga hati-hati kita masih dibei petunjuk oleh-Nya). “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. (QS. 4:125)”

Da’wah bukanlah sebuah profesi, da’wah adalah sebuah kewajiban bagi setiap manusia yang ingin berjalan dijalan Allah SWT, karena ingin mendapat keberuntungan. Siapapun engkau , engkau adalah dai/daiyah yang akan senatiasa menyebarkan islam dimuka bumi ini, apapun warna pakaianmu, apapun gelarmu(SH, S.Pd, S.Si dan S lainnya), apapun starta pendidikanmu (S1,S2,S3), kewajiban berda’wah adalah suatu pilihan yang terbaik bagimu. Janganlah pernah menjadikan da’wah menjadi sebuah profesi untuk mencari uang dari padanya. Ketika engkau menjadi anggota dewan melalui partai da’wah maka malulah, jangan jadikan itu sebagai ladang uang, tetapi jadikanlah itu sebagai amanah yang harus diemban, carilah maisyah diluar sana, allah telah melapangkan bumi sebagai tempatmu mengais rezeki-Nya.

Kini bukan lagi saatnya kita memilih dan meninggalhakan suatu hal demi hal yang lain, ketika suatu bermanfaat bagi da’wah maka lakukanlah termasuk memiliki kepakaran dalam bidang organisasi dan bakat, jangan jadikan alasan da’wah menjadi suatu kungkungan pengetahuan, jadikanlah da’wah alasan mengapa engkau terlibat dalam berbagai hal demi menuntut kepakaranmu, karena da’wah bukanlah profesi, tetapi da’wah adalah sebuah konsequensi batin yang harus diemban, jadikan dirimu yang terbaik dalam bidang tersebut sehingga engaku bukanlah seseorang yang nantinya mengikuti antrian panjang calon PNS, bukanlah manusia yang hanya digaji dan ditunjang oleh negara, bukanlah manusia yang menempati urutan tertentu dalam pencoblosan karena menginginkan sebuah profesi apalagi mengisi catatan BPS tentang pengangguran, tetapi jadilah manusia yang pakar, yang selain digaji juga menggaji serta meghasilkan devisa bagi negara, mungkin ini terlalu ideal dan jauh dari realitas tetapi keyakinan adalah hal yang tertinggi, ketika engkau yakin maka berusahalah, ketika usahamu belum juga berhasil maka sadarilah bahwa itu adalah usaha yang belum berjodoh dengan nasib sehingga dibutuhkan kesabaran dan trik tertentu untuk mencapai kesuksesan dalam hidupmu.







Be somebody bigger, higher, better


Nadiyah Hansur (nadiyah_hansur@yahoo.com)







In my room, Makassar, agustus 2008